Aku dan Encik Ammar bangun dalam
pukul sembilan . Kalau dah tidur balik lepas solat tadi , memang terlajaklah .
Encik Ammar hanya mengenakan baju lengan panjang berkolar bulat warna coklat
gelap dan seluar hitam . Memang nampak santai . Orang kalau sudah segak , pakai
apa pun segak saja . Aku pula hanya pakai kemeja kotak-kotak lengan panjang
yang aku lipat hingga ke siku dan berseluar jean . Rambut aku yang panjang
hitam itu , aku ikat satu ke belakang . Macam aku selalu buat kalau ke kolej . Dah
memang aku masih muda . Baru dua puluh dua tahun kut . Aku hanya pakai bedak baby saja dan sedikit lip gloss .
Kalau
orang tak tahu , mungkin mereka ingat yang kami ni couple . Sedangkan Encik Ammar itu suami aku . Encik Ammar juga
macam tidak kisah dengan apa yang aku pakai . Bukan ke mana pun . Cuma ,
bersarapan pagi . Kami keluar dan dia menggenggam tanganku kemas-kemas .
Langkahnya tenang saja .
Dia
memperkenalkan aku dengan business
partner dia , Encik Thoriq . Encik Thoriq pula macam berminat sangat dengan
kisah aku . Tanya tentang diri aku . Sedangkan Encik Suami langsung tidak
bertanya apa-apa tentang aku .
“Sekarang
ni , you dah masuk tahun ke berapa
Iman belajar kat kolej ?” Tanya Encik Thoriq , sebelum mnghirup kopinya dan
merenung wajah aku dari balik cawannya .
“
Masuk tahun ke dua . Saya ambil jurusan perakaunan .”
“
Wow , you should be proud , buddy . And ,
you didn’t tell me you had a lovely young wife .” Kata Encik Thoriq pada
Encik Ammar yang nampak tenang saja menikmati kopinya .
“
Kenapalah you tak bawa dia semalam
masa makan malam , Ammar . Taklah I bosan
tengok Si Shila itu asyik duk bergesel aje dengan you macam kucing parsi . Sampai I
tengok pun nak muntah !” Kata Encik Thoriq lagi , menjelingku .
Okay
, satu perkara yang menarik tu . Tapi siapa Shila tu ?
“Good morning , my handsome heroes! Sorry ,
I’m late!” Kata suara nyaing yang tiba-tiba menerjah ke telinga kami . Rasa
macam nak minta perhatian saja . Aku toleh dan terpandang seorang perempuan
bergaun bunga matahari dan berambut perang menarik kerusi dan terus duduk di
sebelah Encik Ammar . Aku hanya memandang saja dan sesekali memandang Encik
Ammar yang hanya diam tidak bereaksi .
Encik
Thoriq pula hanya memandang kami bertiga dengan penuh minat . Mungkin mahu melihat
reaksi aku atau reaksi perempuan itu . Bagi pihak aku pula , aku tidak tahu apa
yang aku rasa saat ini bila melihat Shila itu merapatkan wajahnya ke wajah
Encik Ammar sambil berbisik sesuatu . Kemudian barulah perempuan bersolek tebal
itu ternampak kelibat aku yang duduk tegak di situ memerhatikan dia dan suami
aku .
“Who are you ?” Dia bertanya , dengan
kening ternaik . Aku senyum sambil menjeling Encik Ammar .
“
Saya kawan Encik Thoriq!” Aku hulur tangan untuk bersalaman . Kening Encik
Thoriq terus terangkat . Mungkin tak sangka aku bercakap begitu . Habis , encik
sebelah buat muka ‘kayu’ saja . Seolah tak mahu si Shila itu tahu aku ni siapa
.
“
Ooo , you girlfriend Thoriq ! Thoriq
sayang , you tak beritahu I pun you ada girlfriend!” Kata
minah itu lagi . Aku senyum sinis .
“I pun baru tahu !” Balas Encik Thoriq ,
tersenyum dan kenyit mata kat aku . Aku terdengar Encik Ammar berdehem kecil .
“
Shila , this is my wife. Iman
Suffiyah ..” Encik Ammar bersuara perlahan dan memandangku sekilas . Mata Shila
sudah tak berkelip memandangku beberapa ketika . Tapi kemudian dia ketawa .
“You must be joking , right? Sayang , you saja nak kenakan I , kan ? Sebab tolak lamaran you dulu ?” Tanya Shila , masih ketawa .
Dia seorang saja yang ketawa . Encik Thoriq sudah tongkat dagu dan angkat
kening kat aku .
“That was two years ago , Shila . I kahwin dengan Iman atas family arrangement . I dah serahkan jodoh I pada family I bila you tolak I dulu .” Kata Encik Ammar dengan muka
kering . Aku pandang muka Shila yang terus berubah .
“How could you do this to me?I thought , we had a beautiful relationship .
I ingatkan you akan tunggu I sampai I sudah bersedia untuk berkahwin dengan you , Ammar . Tapi …” Shila sudah menangis terisak . Aku dan Encik
Thoriq berpandangan .
Hmm
, baru dua hari aku menjadi isteri Encik Ammar , aku sudah di sajikan sebabak
drama di pagi hari . Memang tak boleh belah !
“
Ini semua sebab kau , perempuan !” Suara Shila sudah naik tinggi sedikit dan
matanya sedang mencelang padaku . Aku berkerut pandang dia . Kenapa aku pulak
dia salahkan ?
“
Ammar , now you pilih . I atau perempuan tak guna ni?” Dia
tunjuk aku . Encik Ammar memandangku sekilas .
“
Shila , jangan jadi macam budak-budaklah!” Balas Encik Ammar pula. Shila terus
bangun . Tangan capai gelas air oren Encik Thoriq dan dia terus simbah aku
sebelum aku dapat fikirkan apa-apa . Terkedu aku sekejab dan menjeling wajah
perempuan itu yang buat muka tak bersalah pandang aku dengan senyum sinis . Ho
ho ho , dia belum kenal siapa Iman Suffiyah ni, agaknya .
“
Apa you buat ni , Shila ? Iman ..”
Encik Ammar baru nak mendekatiku , tapi aku sudah bangun , capai cawan kopi
Encik Ammar dan terus simbah ke muka perempuan gedik itu . Maka terjeritlah
perempuan itu dengan muka dia penuh dengan kopi hitam pekat itu . Cawan aku
hentak ke meja . Puas hati aku . Sesuka hati dia saja nak simbah muka aku
dengan air . Ingat dia saja yang boleh buat ? Silap oranglah !
Aku
terus melangkah pergi . Telinga aku sempat mendengar suara Shila menangis dan
merengek dan suara Encik Thoriq yang sudah ketawa berdekah-dekah di belakang .
Memang aku rasa kelakuan kami menjadi perhatian penghuni dewan makan tadi .
Bukan aku yang mulakan dulu .
Kaki
melangkah ke bilik tapi aku terus tepuk dahi bila teringatkan kad hotel ada
pada Encik Ammar . Aku keluar semula dan buat selamba aje bila ada mata yang
menmandang aku yang sudah lencun dengan air oren dan berbau oren juga . Kaki
aku bawa ke kolam renang dan merenung air kolam yang berkocak bila di terjah dua
orang budak ‘mat saleh’ .
Fikiranku
jadi kosong dan … entahlah . Aku tidak mampu hendak berfikir saat ini .
Semuanya bagai satu kisah di dalam novel . Konon-konon , aku ni perampas
kekasih orang dan si Shila gedik itu heroinnya yang tak berdaya sebab kena
simbah dengan air kopi . Nasib baik kopi itu sudah sejuk . Kalau tidak , mahu
menggelepar perempuan gedik itu!
Aku
sudah menggeleng sendiri bila mengingati aku yang telah aku lakukan tadi .
Sikap macam inilah ,emak selalu marah aku . Terlalu cepat tangan bertindak dari
akal . Dan , rasa baran ini juga tak pernah kurang .
best!!!
ReplyDelete